memilih DOKTER KANDUNGAN (SPOG) perempuan di Bandung *PART 1

alhamdulillah....maka Nikmat Allah yang mana yang dapat di dustakan....

Mei 2013, setelah tau positif hamil dan ada utun dikandungan berusia 7 minggu, padahal baru melalui fase stres dalam hidup (karena papa baru kena stroke dan sedang musim-musimnya ujian dikampus) hanya mampu sujud syukur karena diberikan anugerah amanah oleh Allah....

mulailah pencarian dokter kandungan perempuan, ngeblank..hehee..ga punya info apa-apa tentang dokter kandungan perempuan di bandung. saya memang pengen dokter  perempuan, suami juga 100% mendukung. walaupun banyak forum dan diskusi yang mengatakan dokter kandungan laki-laki lebih teliti tapi saya tidak pernah ingin bukan muhrim saya-melihat bagian yang tidak boleh dilihat selama setiap bulan selama 9bulan lebih hingga melahirkan insyaAllah. suami juga ga ridha hehe...

seperti biasa mengandalkan mesin google utk cari rekomendasi dokter yang bagus :D

akhirnya setelah berkelana ke beberapa RS juga Puskesmas, akhirnya menemukan yg cocok, alhamdulillah :D

1. RSIA Limijati :
dr. yena
Banyak yg merekomendasikan dokter ini, search di google dan nanya dua org teman yang ternyata dokter kandungannya beliau. Tapi sesuai dengan rekomendasi sebagai dokter yang bagus, antriannya juga ga nahan. untuk konsultasi dengan beliau harus reservasi minimal seminggu sebelumnya dan saat hari H konsultasi, setelah menunggu 3,5 jam dan dapat kabar kalau dokternya masih dijalan (dari 3,5 jam yang lalu masih dijalan aja Dok, hik...)

Karena ga kuat kelamaan nunggu tanpa kepastian dokternya dtg jam berapa, tapi nanggung kalau mau pulang, akhirnya pindah ke dokter yang available disana:

dr. wilamarta
dokternya fungky, ceria, pakai wedges dan rok span, saat konsultasi banyak ngobrol (baru tau diakhir kalau semakin banyak kita nanya dan semakin lama konsultasi maka biaya semakin tinggi, dzigh...kirain mah banyak ngejelasin tarifnya sama aja hik...)  lalu lanjut USG. Nah untuk saya yg baru pertama kali di USG, selama ini taunya kalo USG pasti diperut, tapiii pas dokter tiba2 minta saya berbaring dengan posisi yg berbeda saya mulai was-was, dan tanpa ngejelasin dokternya melakukan USG transvaginal (dari bawah), alhasil saya syok dan KAPOK.
Belum lagi terakhirnya, saya dikasih resep yg obatnya banyak, obat bermerk dagang yang mahal dan parahnya obat yang tidak boleh digunakan pada saat trimester pertama kehamilan (maaf ya dok, dokter ga tau kalau saya anak apoteker yg bisa baca resep ;p) serta surat pengantar harus tes lab (yg jga tidak diperlukan di awal kehamilan seperti ini). makin membuat saya ingin cepat2 pergi dari ruangan dokter tersebut.

saya udh was-was ini nominal semuanya berapa, ternyataaaaa.... total biaya Rp. 1.000.000,-an nilai fantastis untuk kontrol kehamilan yang pertama. Sehingga membuat saya dan suami tidak mau ke Limijati lagi hehee....

RSIA yang paling megah di Bandung ini ternyata bukan tempat yang cocok untuk kita yaa nak :D tidak cocok secara kantong dan pelayanan, kita cari dokter yang lebih manusiawi, ramah dan realistis.

(to be continued....)